Selasa, 12 Juli 2011

Kisah Sedih Pencuci Piring


Di suatu resepsi pernikahan. Semua orang terlihat senang. Dari sang mempelai pria yang mendapatkan istri yang cantik seperti yang ia damba. Mempelai wanita yang mendapatkan suami yang tampan lagi mapan. Orang tua mempelaipun tampak sangat senang sekali. Mereka sudah tidak sabar menimang cucu mereka nanti yang imut-imut. Tukang Foto sewaan pun juga terlihat sangat senang, ia mendapat job yang gajinya tidak sedikit. Semua orang senang disini. Dari usaha catering, pengambil piring kotor, pengujung pun bahagia melihat sepasang mempelai baru yang terlihat sangat romantis bersanding dipelaminan.

Tetapi, diujung ruangan. Jauh ditempat pencuci piring. Seorang pencuci piring terlihat sangat sedih. Bukan, bukan karena gaji dia kecil. Bukan karena Gajinya hanya 10.000 rupiah perhari. Tetapi ia sedih meihat piring-piring yang ia cuci masih penuh dengan makanan. Ia sedih bagaimana bisa orang-orang disana tega menyisakan makanan mereka sedangkan diluar sana masih banyak orang-orang yang kelaparan. Bahkan walaupun mereka dapat makan, mereka tidak mecicipi makanan semewah ini. Pencuci piring ini terlihat begitu sedih. Tiap piring yang ia cuci selalu menyayat hatinya ketika ia melihat makanan masih menggunung dipiring.


Apakah nanti kita akan menjadi orang yang seperti itu? Bahagia dibawah penderitaan orang lain? Apakah nanti kita berani untuk mengingatkan mereka pada saat resepsi perikahan kita? Yang nanti bukan "MOHON DOA RESTU" yang kita pajang diresepsi kita, tetapi "MOHON UNTUK TIDAK MUBADZIR" atau "MOHON UNTUK DIHABISKAN" yang kita pajang. Wallahu 'Alam.


source: Bayu Gawtama
dengan ingatan biasa yang seadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar