Minggu, 02 Oktober 2011
Pembenaran
Cinta tidak bisa dibagi-bagi, hanya dapat dikategorikan. Seperti cinta untuk Tuhan, untuk diri sendiri, untuk orang tua, untuk kakak, untuk adik, untuk sahabat, bahkan untuk negara, dan pada akhirnya untuk kekasih. Artinya kita tidak dapat membagi cinta, seperti setengah untuk ibu, setengah untuk ayah. Atau setengah untuk pacar, setengah untuk diri sendiri. Dan cinta itu banyak, pun masih ada di hati banyak orang. Anehnya, saya bisa dicintai banyak orang, namun hanya sanggup mencintai satu orang (kekasih). Namun cinta membuat kita meminta. Meminta dengan sangat. Meminta dengan paksa, meminta dengan melawan. Itulah cinta. Dari manusia kepada manusia.
Terkadang aku (atau mungkin kita) egois. Aku berpikir keras untuk mencari pembenaran (bukan kebenaran) untuk melanggar sesuatu yang sakral. Aku merasa aku cinta seseorang. Karena itu benar, aku merasa benar. Sampai aku menganggap bahwa ada benarnya melakukan hal-hal yang salah. Ya ampun! Seharusnya hati tidak ditambahkan dengan pilihanku sendiri. Sebab hati yang milik Tuhan akan diisi oleh Tuhan. Siapa aku yang mengisi hati dengan tidak bertanya, dengan tidak mendoakan?
Jika Cinta Adalah Matematika...
Jika cinta adalah matematika, maka menurutku, cinta adalah nol (0). Jika dikuadratkan, hasilnya akan tidak pernah lebih, tidak pernah kurang. Bila nol dibagi dua, atau dibagi dua juta sekalian, maka hasilnya akan tetap nol. Jika cinta dikalikan, dilipatgandakan seperti itu, maka hasilnya juga akan sama, akan tetap nol. Itulah nol. Sebab nol hanya akan tidak lagi menjadi nol jika nol dikurang-kurangi, jika nol ditambah-tambahkan. Sebab nol adalah memasuki rasa cukup. Bukan sesuatu yang tidak memuaskan. Orang sering menyebut nol sebagai kosong. Itu bukan karena tidak ada harganya, melainkan yang kosong harus diisi dengan makna hidup. Bukan angka-angka di dalam hidup.
Just
Just sit sweetly beside me
Just breathing as usual
Just listen to my jokes
Just laugh and pinch me
Just don’t cry anymore
Langganan:
Postingan (Atom)